Friday, August 22, 2014

Nyetok Barang ala Toko Kelontong

31 Juli lalu, ketika halal bilhalal di SPO 1073 Rina Sitepu di Kediri, mbak Ratna (kakaknya mbak Rina, dan sekaligus downline) cerita, kalau ruangan SPO ini dulunya adalah toko kelontong. Tipikal toko kelontong di Jawa Timur, segala rupa dijual, terutama kebutuhan warga sekitar. Ada produk perawatan diri seperti sabun mandi, shampo, atau hand & bodi lotion. Nah, produk-produk seperti ini kudu disetok. Beli tunai dari agen atau distributor. Pas laris manis asyik-asyik saja nyetok barang, tapi ada kalanya dilema muncul menurut beliau.


Foto ketika launching SPO 1073

Mbak Ratna dan Mbak Rina


Dilema apanya?

Dilema ketika tiba-tiba produsen merebranding produk lama, misalnya dengan desain box baru atau kemasan baru walau isinya produk yang sama. Tiba-tiba? Iya, produsen kan gak perlu berkomunikasi dengan retailer seperti pemilik toko kelontong ketika akan meluncurkan produk baru, yang penting barang di gudang distributor utama mereka sudah kosong dan siap diisi produk baru. Nah, retailer yang sudah terlanjur nyetok barang jadi was-was. Kalau produk baru tersebut sudah mulai tayang iklan di televisi misalnya, atau pasang spanduk/bilboard besar-besaran, nahh pelanggan pasti pingin beli yang terbaru. Ditawari produk lama (walau belum expired) sudah gak mau. Barang yang dibeli dengan tunai ke distributor jadi tidak laku dan potensial sekali revenue loss. Ujung-ujungnya dijual dengan harga diskon, diskon dengan mengorbankan margin atau mengambil margin yang sangat kecil asal barang bisa terjual dan balik modal. Adakalanya juga gak balik modal, asal barang terjual dan keluar dari etalase karena etalase akan dipakai memajang produk baru. Kalau tidak segera memajang produk baru bakalan kalah bersaing dengan toko kelontong pesaing.

Resiko …

Bagaimana dengan bisnis direct selling/penjualan langsung Oriflame?

Bisnis direct selling-nya Oriflame tidak menyarankan para konsultannya untuk nyetok barang, apalagi sampai buka toko segala. Urusan stok barang sudah ditangani oleh Oriflame. Hal ini menjamin bahwa produk yang dipasarkan oleh konsultan-konsultan Oriflame adalah selalu yang terbaru dan yang paling update. Contoh produk baru bulan ini, parfum Eclat yang diluncurkan di katalog C8 2014, ini produk lama yang repackaging dengan kemasan baru yang lebih mewah dan elegan. Pelanggan senang karena produk yang kita tawarkan adalah barang baru, bukan barang yang kelamaan menghuni gudang atau etalase apalagi udah jelang masa expired.


Eclat HOMME, produk baru di C8 2014, diskon 40%!
Oriflame tidak memperkenankan konsultannya membuka toko untuk berjualan produknya. Toko kosmetik Oriflame hanya ada satu di dunia, di kota Stockholm, di negara asal Oriflame. Oriflame juga mewajibkan setiap konsultannya memasarkan produk menggunakan katalog, sehingga harga ritel akan seragam. Tidak ada yang menjual lebih murah dengan alasan mengejar volume penjualan dan mengorbankan margin. Dan juga karena tiap bulan/katalog penawarannya berbeda-beda. Yang bulan lalu diskon, bulan ini belum tentu diskon, juga sebaliknya.

Kalau dibilang bisnis Oriflame adalah bisnis yang nyaris tanpa modal untuk memulainya, ya memang benar. Cukup mendaftar sebagai member dengan membayar Rp 49.400,- dan mendapatkan starter kit. Setelah itu bisa langsung action memulai bisnis. Urusan product development, gudang, delivery, stok barang, branding sudah dihandle Oriflame. Konsultan Oriflame sebagai distributor dan mengembangkan jaringan distribusi. 

Ingin segera memulai bisnis Anda? Yuk bergabung di jaringan kami, daftarnya di http://www.daftardbcn.com/?id=yuliamaki *non member only





No comments:

Post a Comment